𝗛𝗜𝗩 𝗦𝘂𝗯 𝗧𝗶𝗽𝗲 𝗠𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗞𝗼𝘁𝗮/𝗗𝗮𝗲𝗿𝗮𝗵 𝗺𝘂?
Berdasarkan penelitian ada empat jenis subtipe di Indonesia, yaitu Subtipe B, CRF01_AE, C dan G (A/G)
CRF01_AE merupakan subtipe yang paling banyak didapatkan dan tersebar disebagian besar wilayah. CRF01_AE didapatkan pada populasi penasun, heteroseksual, penjaja seks komersial dan pelanggannya. Karena prevalensi HIV pada penasun sangat tinggi, baik di Bali maupun daerah lainnya di Indonesia (50%), maka ada kemungkinan penasun merupakan episentrum epidemi HIV di Bali dan beberapa daerah di Indonesia, yang akan menyebar ke populasi umum melalui kelompok heteroseksual risiko tinggi yaitu PSK dan pelanggannya. Sedangkan Subtipe B, C dan G (AG) terdapat baik pada homoseks dan heteroseks, namun tidak ada penasun.
( penelitian yang dilakukan di Klinik Pelayanan AIDS di Denpasar, Bali dan Panti Rehabilitasi Narkoba di Bogor, Jawa Barat. Responden adalah ODHIV dewasa yang memenuhi kriteria inklusi (odha dewasa dan bersedia ikut dalam penelitian) dan responden dipilih secara non probability sampling sampai memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Dengan memakai rumus 16.4 Sastroasmoro S. and Ismael S. (2002).
4 Prinsip Penularan HIV yang di singkat ESSE (Exit,Survive,Sufficient, dan Enter)
-
Exit - adanya jalan keluar cairan didalam tubuh seseorang dengan virus HIV
-
Survive - cairan tubuh yang keluar harus mengandung virus yang tetap bertahan hidup;
-
Sufficie - jumlah virus yang cukup untuk menularkan/menginkubasi ke tubuh seseorang;
-
Enter - alur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV.
Dari empat itu kalau satu saja tidak dikerjakan proses penularan itu tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Setelah seseorang terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh mereka mulai mengembangkan antibodi HIV. 𝙎𝙚𝙧𝙤𝙠𝙤𝙣𝙫𝙚𝙧𝙨𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙧𝙞𝙤𝙙𝙚 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙖𝙣𝙩𝙞𝙗𝙤𝙙𝙞 𝙞𝙣𝙞 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙚𝙩𝙚𝙠𝙨𝙞. Sebagian besar tes HIV memeriksa keberadaan antibodi HIV. Jadi, 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝘀𝗲𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 terinfeksi 𝘃𝗶𝗿𝘂𝘀 𝗛𝗜𝗩 𝗺𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝘀 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝘀𝗲𝗿𝗼𝗸𝗼𝗻𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗱𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶, 𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗻𝗲𝗴𝗮𝘁𝗶𝗳.
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐋𝐚𝐦𝐚 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐒𝐞𝐫𝐨𝐤𝐨𝐧𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢?
Lamanya waktu antara terinfeksi HIV pertama kali dan pengembangan antibodi yang terdeteksi dapat bervariasi karena sistem kekebalan setiap orang berbeda. Ini juga dapat bergantung pada jenis tes HIV yang diambil seseorang.
Sebagian besar tes HIV di pusat layanan seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit di Indonesia mendeteksi keberadaan antibodi HIV. Orang biasanya mengembangkan antibodi yang terdeteksi dalam waktu 3-12 minggu setelah terinfeksi HIV.
𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐇𝐈𝐕 𝐃𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐃𝐢𝐭𝐮𝐥𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐒𝐞𝐫𝐨𝐤𝐨𝐧𝐯𝐞𝐫𝐬𝐢?
Seseorang dapat menularkan HIV sebelum serokonversi. Bahkan ketika sistem kekebalan tubuh belum menghasilkan jumlah antibodi HIV yang terdeteksi, namun virus terus aktif.
Pada waktu antara tertular virus dan serokonversi, kebanyakan orang tidak tahu bahwa mereka sudah memiliki virus HIV. Jika mereka mengikuti tes, hasilnya akan negatif. Namun justru pada waktu inilah yang paling menularkan karena virus HIV sedang bereplikasi sebanyak-banyaknya sehingga mudah untuk menularkan ke pasangan seksualnya.
Tes HIV tentu sangat penting karena dapat mengarah pada deteksi, pengobatan dini dan risiko penularan yang lebih sedikit. Satu-satunya cara bagi seseorang untuk mengetahui dengan pasti apakah mereka memiliki virus HIV adalah dengan mengikuti tes. Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi virus, karena infeksi HIV tidak selalu menunjukkan gejala.
Keakuratan tes HIV telah meningkat secara signifikan sejak para ilmuwan pertama kali mengidentifikasi virus. Namun, tidak ada tes yang dapat secara akurat mendeteksi HIV dengan sangat segera setelah seseorang tertular virus.
𝐓𝐞𝐬 𝐀𝐬𝐚𝐦 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐞𝐚𝐭 / 𝐍𝐮𝐜𝐥𝐞𝐢𝐜 𝐀𝐜𝐢𝐝 𝐓𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (𝐍𝐀𝐓)
Tes ini memeriksa darah untuk keberadaan RNA virus. Ini juga dapat menghitung berapa banyak virus yang ada, yang disebut viral load. NAT akurat selama tahap awal infeksi, biasanya setelah 7 hari pasca pajanan tetapi sangat mahal. Penyedia layanan kesehatan biasanya melakukan tes ini untuk orang yang akan mendonorkan darahnya ke PMI.
𝐓𝐞𝐬 𝐊𝐨𝐦𝐛𝐢𝐧𝐚𝐬𝐢 𝐀𝐧𝐭𝐢𝐠𝐞𝐧 & 𝐀𝐧𝐭𝐢𝐛𝐨𝐝𝐢
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2. Dengan mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi sebagai respons terhadap infeksi.
𝐓𝐞𝐬 𝐀𝐧𝐭𝐢𝐛𝐨𝐝𝐢
Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam Darah, Mukosa Mulut, Air Seni . Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Inilah jenis pemeriksaan HIV yang umum dilakukan di hampir semua layanan HIV di Indonesia.
Jangan pernah berfokus pada gejala HIV di tahap awal, karena tidak ada gejala HIV yang spesifik. Jalan terbaik yang harus kamu lakukan jika merasa memiliki riwayat faktor risiko HIV adalah dengan melakukan tes HIV di puskesmas, klinik, rumah sakit ataupun secara Mandiri di rumah melalui metode OFT (Oral fluid test).
Siklus Hidup HIV
1) Virus bebas beredar dalam aliran darah
2) HIV mengikatkan diri pada sel
3) HIV menembus sel dan mengosongkan isinya dalam sel
4) Kode genetik HIV diubah dari bentuk RNA menjadi bentuk DNA dengan bantuan oleh enzim reverse transcriptase 5) DNA HIV dipadukan dengan DNA sel dengan bantuan oleh enzim integrase. Dengan pemaduan ini, sel tersebut menjadi terinfeksi HIV.
6) Waktu sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA HIV diaktifkan, dan membuat bahan baku untuk virus baru
7) Semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat virus baru dikumpulkan
8) Virus yang belum matang mendesak keluar sel yang terinfeksi dengan proses yang disebut „budding (tonjolan)‟
9) Jutaan virus yang belum matang dilepas dari sel yang terinfeksi
10) Virus baru menjadi matang: bahan baku dipotong oleh enzim protease dan dirakit menjadi virus yang siap bekerja
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar bukti klinis telah dengan kuat menetapkan konsep HIV Tidak Terdeteksi = Tidak Dapat Ditularkan (U=U) sebagai konsep yang masuk akal secara ilmiah, kata pejabat dari National Institutes of Health. U=U berarti bahwa orang yang hidup dengan HIV yang mencapai dan mempertahankan viral load tidak terdeteksi—jumlah HIV dalam darah—dengan menggunakan dan mengikuti terapi antiretroviral (ART) seperti yang ditentukan, tidak dapat menularkan virus secara seksual kepada orang lain. Menulis di JAMA, pejabat dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) NIH meninjau bukti ilmiah yang mendasari U=U dan mendiskusikan implikasi dari penerimaan pesan secara luas.
Dalam komentar baru, Direktur NIAID Anthony S. Fauci, M.D., dan rekan merangkum hasil dari uji klinis besar dan studi kohort yang memvalidasi U=U. Uji klinis HPTN 052 yang didanai NIH menunjukkan bahwa tidak ada penularan HIV terkait yang terjadi di antara pasangan heteroseksual HIV yang serodiferensiasi ketika pasangan yang hidup dengan HIV memiliki viral load yang ditekan secara tahan lama. Selanjutnya, studi PARTNER dan Opposites Attract mengkonfirmasi temuan ini dan memperluasnya ke pasangan pria-pria.
Validasi pengobatan HIV sebagai strategi pencegahan dan penerimaan konsep U=U secara ilmiah memiliki banyak implikasi perilaku, sosial dan hukum, pejabat NIAID mencatat. U=U dapat membantu mengendalikan pandemi HIV dengan mencegah penularan HIV, dan dapat mengurangi stigma yang dihadapi banyak orang dengan HIV.
Keberhasilan U=U sebagai metode pencegahan HIV tergantung pada pencapaian dan pemeliharaan viral load tidak terdeteksi dengan memakai ART setiap hari sesuai resep. Banyak faktor, termasuk kurangnya akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas, dapat mempersulit kepatuhan ART. Untuk meningkatkan keberhasilan keseluruhan U=U, penulis menekankan pentingnya menerapkan program yang membantu pasien tetap dalam perawatan dan mengatasi hambatan terapi harian.
Cairan tubuh apa yang menularkan HIV?
Hanya cairan tubuh tertentu dari pengidap HIV yang dapat menularkan HIV. Cairan ini termasuk:
1. Darah,
2. Air mani (mani),
3. Cairan pra-mani (pre-cum),
4. Cairan rektal/anus
5. Cairan vagina, dan
6. ASI.
Cairan ini harus bersentuhan dengan selaput lendir atau jaringan yang rusak atau langsung disuntikkan ke dalam aliran darah (dari jarum suntik) agar penularan terjadi.
Selaput lendir ditemukan di dalam rektum, vagina, penis, dan mulut.